membaca novel

Cara Mudah Menulis Fiksi untuk Pemula

Cerita fiksi itu bikin nagih. “Hanya” dengan kata-kata, kita mampu berimajinasi bahkan gemas-gemas sendiri. Se-magis itu cerita fiksi. Gak heran, karya fiksi sering dibuat dengan misi menyisipkan pesan tertentu dari penulis. 

Bagi Anda yang ingin membagikan ilmu tapi takut menggurui, maka cerita fiksi jawabannya. Artikel ini akan membahas seputar cara yang mudah menulis fiksi bagi pemula. Simak informasinya dengan lengkap untuk membuat cerita fiksi pertama Anda!

Apa itu cerita fiksi?

Kalau menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ada tiga definisi dari kata fiksi

  1. Cerita rekaan (roman, novel, dan sebagainya)
  2. Rekaan; khayalan; tidak berdasarkan kenyataan
  3. Pernyataan yang hanya berdasarkan khayalan atau pikiran

Dari ketiga pengertian tersebut, satu benang merah dalam karya fiksi, yaitu: imajinasi.  

Lantas, bagaimana membuat karya fiksi jika kebingungan mau menulis apa?

Tips sederhana menulis fiksi bagi pemula

Sebelum kita bahas tips yang lebih teknis, ada beberapa mindset yang perlu ditanamkan sebelum menulis.

  • Fiksi itu sifatnya imajinatif, pada dasarnya penulis bebas melakukan apa saja terhadap ceritanya

Sebagai penulis pemula, gak jarang kita sangat berhati-hati menulis. Bahkan mungkin overthinking:

“Kalau alur cerita dibuat maju-mundur itu bakal bikin makin bagus atau justru rumit, ya?” 

Sayangnya, hal-hal teknis itu bisa jadi jawabannya “tergantung”. Maka, sebelum meramu fiksi dengan “penuh pertimbangan teknis”, bebaskan dulu imajinasi Anda. Tidak perlu memikirkan “ini bagus atau tidak”. Berimajinasi saja sebanyak-banyaknya. Lalu, nanti bisa dipilih dan dipilah mana yang sesuai. 

Sumber: Pixabay
  • Perbanyak referensi

Coba bayangkan, ada anak balita yang baru bisa mengucapkan kata “Mama”. Sebelum sampai di tahap itu, sang ibu selalu mengajarkan kata “mama” sambil membuka mulut lebar-lebar: “Ma-ma”, kata sang ibu. Mendengar input yang diulang-ulang, sang anak akhirnya bisa mengucap kata “Mama” pertama kalinya. 

Proses menulis juga demikian. Ketika Anda hendak menggambarkan Kota Malang yang menjadi latar belakang cerita, maka Anda bisa mendeskripsikan bagaimana suasana, orang-orang, makanan khas, dan sebagainya–apabila Anda mengetahui seperti apa Kota Malang. Mungkin, Anda perlu ke Malang langsung atau cukup mencari infonya di internet. Artinya, aktivitas menulis tidak bisa dilepaskan dari kegiatan mencari referensi. 

Langkah-langkah menulis fiksi

  • Menentukan Ide dengan Mudah

Ada satu kutipan menarik tentang mencari ide tulisan. 

“… Ide tidak perlu sulit dicari. Ia telah berlari-lari keluar masuk dalam diri kita sehari-hari.” (Alberthiene Endah, dalam buku Menulis Fiksi Itu Seksi)

Ide ibarat hulu sungai. Ia merupakan titik tolak ke mana cerita mengalir. Seringkali, penulis kesulitan menentukan idenya, padahal ide itu ada di mana-mana. Tugas pertama Anda hanya satu, menangkap ide itu

Layaknya menangkap ikan, menentukan ide pun memerlukan “peralatan”. Alat tersebut bisa berupa buku catatan atau note di gadget. Jadi, setiap ada sesuatu yang menarik atau terlintas di benak, segera catat. Tangkap ide-ide itu sebelum Anda kehilangannya. Entah mana nanti yang akan dieksekusi, setiap ide tetap memiliki potensi.

Tapi, bagaimana jika menggali ide terasa mentok?

Kita perlu menajamkan rasa, mengolah kepekaan

Masih dari buku Menulis Fiksi Itu Seksi, dijelaskan jika hati mempunyai peran penting dalam menentukan ide. Setiap penulis punya karakter yang berbeda. Anda itu unik. Berdialoglah ke diri sendiri, hal-hal apa yang Anda minati, kuasai, dekat dengan sehari-hari? Topik apa yang membuat Anda jatuh cinta atau justru geram sehingga ingin menuangkan ke dalam tulisan? Dengan menjadi diri sendiri, Anda tidak hanya menghadirkan kata-kata ke pembaca, tapi juga suara batin di sana. 

Melalui buku Menulis Fiksi Itu Seksi, Alberthiene berpesan:

“Jadilah diri sendiri dan arahkan kepekaan berdasarkan minat nurani kita.”

  • Menciptakan Penokohan yang Menarik

    Sumber: Pixabay

Cerita tanpa tokoh, ibarat kendaraan tanpa bensin: mati. Iya, mati. Karena tokoh berfungsi sebagai subjek penggerak cerita. Tanpa tokoh, cerita Anda tidak ke mana-mana. Oleh karena itu, dibutuhkan kecermatan dalam membangun tokoh. Setidaknya ada beberapa hal di bawah ini yang perlu diperhatikan. 

    • Pertama, latar belakang tokoh. 

Bayangkan Anda punya seorang teman. Maka, ada banyak hal yang Anda ketahui setelah berkenalan dengannya. Seperti di mana ia tinggal, dibesarkan oleh orang tua yang bagaimana, apakah ia mempunyai trauma, dan sebagainya. Semakin baik Anda membangun latar belakang tokoh maka semakin bagus Anda mengenalkannya kepada pembaca. 

    • Kedua, penampilan tokoh.

Selayaknya manusia, yang kita lihat pertama kali adalah penampilannya. Penampilan ini bisa terkait fisik (tinggi badan, warna kulit, dan lain-lain). Tapi, bisa juga tentang gaya berpakaian hingga aksen sang tokoh. Saat membuat penampilan tokoh, selaraskan dengan latar belakang atau faktor lainnya yang berhubungan agar karakter yang diciptakan kuat. 

    • Ketiga, Karakter tokoh.

Karakter berkaitan dengan sifat, akhlak, atau watak tokoh. Anda bisa menciptakan karakter dengan memperhatikan profil tokoh. Mulai dari latar belakang, gaya hidup, lingkup pergaulan, dan semacamnya. Lagi-lagi, hal itu agar tercipta keselarasan pada tokoh. 

Perhatikan cara Anda menggambarkan tokoh dalam cerita. Jerome Stern dalam bukunya berjudul Making Shapely Fiction: Panduan Menulis Fiksi yang Indah, menjelaskan ada beberapa cara yang bisa digunakan penulis untuk mengenalkan tokoh ke pembaca. 

      1. Mendeskripsikan ciri-ciri tokoh seperti saat Anda menceritakan seorang teman atau kerabat yang Anda kenal baik. 

Contoh: 

Aldi adalah si rupawan dengan rambut hitam legamnya. Setiap dia berjalan keluar rumah, para wanita akan menghentikan aktivitasnya hanya untuk menoleh dan memandangi Aldi sampai hilang ditelan jalan. Orang-orang tidak mengenalnya lebih dekat saja Terlalu sungkan, malu. Padahal, Aldi tidak sesempurna itu.

 2. Mendeskripsikan tokoh melalui tingkah laku yang diciptakan. 

Bagaimana cara seseorang merespon atau bertingkah laku dapat memberi informasi bagi pembaca. Ciptakan tindakan/tingkah laku yang membantu pembaca lebih mengenal sang tokoh. 

3. Apa yang dikatakan tokoh cermin identitasnya. 

Buat sang tokoh berbicara. Kata-kata yang keluar lewat sang tokoh sendiri dapat lebih meyakinkan bagi pembaca. 

4. Mendeskripsikan pikiran dan perasaan tokoh. 

Jerome Stern mengatakan:

“ … Ia mungkin saja berbicara sedikit dan bertindak lebih sedikit, tetapi pikirannya dapat memberi para pembaca perasaan bahwa mereka memahaminya.” 

5. Membuat Outline dengan Struktur Cerita Sederhana

– Orientasi 

Orientasi adalah bagian awal cerita fiksi  yang biasanya berisi pengenalan tentang latar, tokoh, dan suasana. Di tahap ini Anda perlu menciptakan pengenalan yang tidak membosankan agar pembaca betah dan tetap penasaran dengan kelanjutan cerita. 

 – Konflik

Seperti namanya, di bagian ini permasalahan mulai muncul. Dalam proses pramenulis, Anda perlu menentukan apa saja konflik yang nantinya dihadapi tokoh. Di tahap ini Anda juga perlu memperkirakan pikiran, perasaan, dan tindakan tokoh sebagai respon terhadap konflik. Pertimbangkan juga seberapa besar peran tokoh lain ketika konflik ini muncul. 

– Klimaks

Klimaks adalah bagian puncak dari konflik yang terjadi sebelumnya. Contoh sederhana dari klimaks adalah membuat posisi tokoh utama sangat terpojok seakan tidak ada jalan keluar. Saat di puncak masalah itulah, kita akan memasuki tahap berikutnya: resolusi.

-Resolusi

Resolusi merupakan bagian ending yang menjawab klimaks atau konflik yang sebelumnya terjadi. Di tahap ini, pembaca akan mengetahui bagaimana nasib sang tokoh. Anda selalu memiliki kebebasan untuk membuat akhir cerita yang membahagiakan, menyedihkan, menggantung, atau tidak terduga.

6. Mengembangkan plot 

Plot adalah jalan cerita yang dibangun oleh penulis. Apakah cerita akan dibuat plot maju, maju-mundur, campuran, mundur, penulis memiliki kuasa penuh. Ingatlah tips yang sudah dibahas sebelumnya: penulis bebas melakukan apa saja ke dalam ceritanya.

Oleh sebab itu, silakan untuk bereksperimen. Meskipun di tahap ketiga dijelaskan tentang struktur sederhana cerita fiksi, Anda masih bisa mengembangkannya. Misalnya, Anda memulai cerita dengan memperlihatkan ending-nya dulu ke pembaca. Atau, mungkin dibuka dengan konflik yang dialami tokoh. Kembangkan plot Anda agar cerita lebih menggugah. 

Baca Juga: Apa itu Teks Nonfiksi?

Ingin belajar menulis fiksi?

Menulis fiksi membutuhkan ketekunan dan kepekaan untuk menghadirkan kisah yang ciamik ke pembaca. Bagi penulis pemula, seringkali menulis fiksi mengundang kebingungan. Tidak jarang bahkan perasaan khawatir: apakah ini sudah benar, apakah ini sudah bagus? Kabar baiknya, Anda tidak sendirian. Oleh sebab itu, ada banyak teori tentang kepenulisan fiksi yang akan membantu Anda untuk belajar dengan tepat.

Bagi Anda yang ingin belajar menulis fiksi lebih dalam, kami memiliki program Kelas Menulis Novel. Kelas ini berlangsung selama 4 hari secara daring. Anda akan diajari oleh ahli mulai dari pengetahuan dasar hingga cara-cara teknis menulis fiksi. Tidak hanya itu, kelas ini juga menyediakan tugas sederhana untuk Anda berlatih. Setelah itu, akan ada bonus reviu terhadap tulisan Anda sebagai bahan perbaikan ke depannya. 

Tertarik bergabung ke kelas kami? Hubungi kami via WhatsApp atau kunjungi instagram kami untuk mengetahui info kelas selanjutnya! 

 

Kelas Menulis Novel